Depresi, Kala Kita Merasa Sepi dan Mengapa Ia Perlu Ditangani

Depresi, Kala Kita Merasa Sepi dan Mengapa Ia Perlu Ditangani

Depresi adalah sebuah kondisi kesehatan mental yang ditandai oleh perasaan sedih yang berkelanjutan. Penderitanya biasanya akan kehilangan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya dinikmati.

Sementara kesepian, adalah bentuk emosi yang wajar, dan bukan gangguan kesehatan mental. Namun, salah satu bahaya kesepian yang dibiarkan berlarut-larut adalah meningkatnya risiko gangguan mental, salah satunya depresi. Ditambah lagi, depresi memang membuat seseorang lebih mudah merasa kesepian. Dengan begitu, tak dapat dipungkiri bahwa keduanya merupakan hal yang saling berkaitan.

Gejala depresi pun bervariatif, meski umumnya melibatkan perubahan psikologis dan fisik penderitanya. Sementara penyebab depresi terbilang kompleks dan multifaktoral: melibatkan faktor genetik, biologis, psikologis, dan lingkungan.

Seseorang yang mengalami depresi mungkin merasa sedih, cemas, kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya diminati, merasa tidak berharga, hingga berpikiran negatif pada diri sendiri. Depresi bahkan dapat menyebabkan penurunan energi, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, dan masalah fisik lainnya.

Gejala depresi pada tiap individu berbeda-beda, tetapi umumnya meliputi:

  • Perasaan sedih yang berlangsung sepanjang atau hampir setiap hari
  • Turunnya minat pada aktivitas yang biasa dinikmati
  • Penurunan energi atau merasa lelah terus menerus
  • Sulit atau bahkan tidur berlebihan
  • Gangguan nafsu makan dan perubahan berat badan yang signifikan
  • Sulit konsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan
  • Sering memikirkan kematian atau mengakhiri hidup

Penyebab pasti depresi juga belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli kesehatan menduga kondisi ini dipicu oleh beberapa hal seperti:

  • Terdapat riwayat keluarga dengan gangguan kesehatan mental, seperti gangguan makan, gangguan kecemasan, atau post-traumatic stress disorder (PTSD)
  • Gangguan senyawa kimia pada otak
  • Gangguan keseimbangan hormon, biasa dialami oleh pengidap penyakit tiroid, Wanita menopause, ibu hamil, dan wanita sebelum maupun selama periode menstruasi
  • Stres berat akibat kejadian-kejadian tertentu seperti kesulitan finansial, masalah rumah tangga, kematian orang terdekat, merasa terisolasi, tidak ada dukungan dari orang sekitar, dan lain sebagainya
  • Trauma masa lalu, seperti pernah menjadi korban bullying, pelecehan seksual, dan lain-lain
  • Mengidap penyakit serius atau kronis, seperti stroke, kanker, HIV/AIDS, penyakit jantung, dan lain-lain
  • Efek samping dari obat-obatan tertentu, seperti obat hipertensi atau obat tidur
  • Memiliki kepribadian tertentu, seperti pesimis, rendah diri, atau terlalu bergantung pada orang lain
  • Ketergantungan NAPZA atau kecanduan alkohol

Dari sisi pencegahan, belum ditemukan juga cara pasti seseorang terhindar dari depresi. Meski begitu, terdapat langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risikonya. Seperti mengelola stres, membangun dukungan sosial yang kuat, mencari pengobatan sedini mungkin jika merasa gejala depresi muncul, dan menjaga kesehatan fisik serta mental dengan baik.*

*https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/kelainan-mental/depresi

Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman singkat mengenai penyakit depresi. Jika Anda atau orang sekitar mengalami gejala seperti yang disebutkan, segera berkonsultasi dengan tenaga medis profesional. Dengan harapan, gejalanya dapat dievaluasi dan penanganan depresi dapat disesuaikan dengan kondisinya.

Anda juga dapat melakukan pemeriksaan untuk mendapat diagnosis akurat dengan mengunjungi psikolog dan dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater) di Rumah Sakit Badan Pengusahaan (RSBP) Batam. Untuk melakukan reservasi via WhatsApp, Anda dapat mengklik tautan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *